Mitos-Mitos Seputar Stroke

February 23, 2016
Author : Integra


ID-100358179

Stroke merupakan penyebab kecacatan dan bahkan kematian yang sering dialami banyak orang di dunia. Stroke merupakan gangguan fungsi saraf yang menyebabkan penurunan kesadaran, gangguan bicara, dan kelumpuhan anggota gerak, di mana bisa terjadi secara tiba-tiba akibat adanya gangguan peredaran darah di otak.

Data dari World Stroke Organization (Organisasi Stroke Dunia) mengatakan bahwa kejadian stroke mengalami peningkatan yang signifikan di negara-negara berkembang. Penelitian juga menunjukkan jika angka kecacatan dan kematian lebih tinggi pada negara berkembang.

Salah satu penyebab meningkatnya kejadian stroke di negara berkembang tidak lepas dari adanya mitos yang salah kaprah tentang stroke di kalangan masyarakat.

Beberapa Mitos Tentang Stroke

  1. Stroke terjadi hanya pada orang berusia lanjut

Ini merupakan anggapan yang tidak tepat. Faktanya stroke bisa menyerang siapa saja dan tidak mengenal usia. Memang kejadian stroke sering dijumpai pada orang berusia 50 tahun keatas, namun stroke bisa menyerang semua usia. Stroke bisa terjadi pada anak, dan umumnya kondisi ini dikarenakan kelainan pembuluh darah dan komponen darah sejak ia lahir, dan ini tidak terkait dengan gaya hidup yang tidak sehat (merokok, kegemukan, dan kadar kolesterol tinggi) seperti pada orang dewasa.

  1. Stroke hanya ada satu jenis

Hal ini juga tidak tepat. Sebenarnya terdapat dua jenis stroke. Yang pertama adalah stroke iskemik, yakni penyumbatan pada salah satu pembuluh darah yang berperan dalam menyuplai darah ke otak. Sedangkan yang kedua adalah stroke hemoragik, yakni pendarahan otak akibat pembuluh darah pecah. Keduanya hampir sama, namun penanganannya sangat berbeda.

  1. Stroke hanya menyerang laki-laki

Faktanya, stroke tidak pandang bulu dalam menyerang seseorang, baik laki-laki ataupun wanita. Bahkan sebuah penelitian besar di tahun 2007 oleh Seshadri menunjukkan bahwa stroke sering terjadi pada wanita. Stroke bisa meningkat dua kali lipat pada wanita yang mempunyai tekanan darah lebih dari 140/90mmHg. Selain itu, kejadian stroke pada wanita biasanya meningkat signifikan saat mereka memasuki usia menopause.

  1. Stroke terjadi hanya pada penderita hipertensi

Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah dan tidak sepenuhnya benar. Walaupun hipertensi adalah faktor risiko stroke yang utama, akan tetapi itu bukanlah satu-satunya. Selain hipertensi, faktor risiko lainnya adalah diabetes, kadar kolesterol darah tinggi, merokok, riwayat keluarga, dan lain-lain.

  1. Stroke tidak dapat dicegah

Faktanya adalah stroke bisa dicegah. Pencegahan stroke bisa dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu faktor risiko stroke itu sendiri. Selanjutnya, pengendalian faktor risiko stroke adalah dengan cara menurunkan berat badan berlebih, menormalkan kadar kolesterol darah, berhenti merokok, dan menurunkan tekanan darah. Intinya adalah dengan menerapkan pola hidup sehat. Untuk menerapkannya, anda dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang lebih sehat seperti buah dan sayur, berolahraga, dan menghindari merokok. Pada kasus tertentu, anda juga perlu mengonsumsi obat-obatan untuk menormalkan kolesterol darah dan tekanan darah.

  1. Stroke tidak dapat diobati

Faktanya, stroke bisa diobati, hanya saja untuk mendapatkan pengobatan stroke yang optimal sangat dipengaruhi oleh waktu. Semakin cepat orang terkena stroke mendapatkan pertolongan yang tepat, maka semakin besar pula kemungkinan terhindar dari kecacatan dan kematian akibat stroke. Permasalahan yang umum dijumpai adalah kurang diketahuinya gejala stroke. Adapun batas waktu penanganan stroke agar lebih optimal adalah 3 hingga 4,5 jam pasca kejadian. Apabila anda mengetahui orang terdekat anda mengalami kesulitan bicara, penurunan kesadaran, dan kelumpuhan yang terjadi secara tiba-tiba, bisa jadi ini adalah serangan stroke. Segera bawa ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas memadai.

  1. Stroke merupakan akhir dari segalanya

Stroke bukanlah akhir dari segalanya. Sebagai informasi, angka kematian yang disebabkan stroke adalah 20 hingga 30 persen. Hal ini berarti ada 70 persen orang yang masih hidup dari serangan stroke. Orang-orang tersebut dikenal dengan “the stroke survivors”, karena masih selamat dari serangan stroke. Mereka mempunyai level kecacatan yang beragam, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Penanganan terhadap kecacatan tersebut membutuhkan tindakan rehabilitasi yang tepat. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat konsep neuroplastisitas yang memiliki kemungkinan dalam memperbaiki fungsi saraf hingga enam bulan pasca serangan stroke terjadi. Waktu enam bulan ini harus dikejar aga mendapatkan pemulihan yang optimal. Para stroke survivors diwajibkan untuk mengonsumsi obat secara teratur dan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat untuk mencegah serangan stroke yang bisa datang lagi.