Tahukah Anda, bahwa di dunia, setiap dua menit, seorang perempuan meninggal akibat kanker serviks? Di Indonesia sendiri diperkirakan setiap satu jam satu orang perempuan Indonesia meninggal karena kanker serviks. Kanker serviks yang sering juga disebut kanker leher rahim adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada serviks (leher rahim). Perubahan menjadi sel kanker sendiri dapat memakan waktu 10 hingga 15 tahun.
Kanker serviks umumnya terjadi pada rentang usia 30 hingga 50 tahun, yaitu puncak usia reproduktif perempuan sehingga akan menyebabkan gangguan kualitas hidup secara fisik, kejiwaan dan kesehatan seksual. Kanker serviks sendiri terjadi karena sebuah virus yang dikenal dengan nama HPV (human Papiloma Virus) yang bersifat onkogenik (menyebabkan kanker). Di dunia diketahui HPV tipe 16, 18 dan 45, 31 dan 52 secara bersamaan telah mnejadi penyebab lebih dari 80% kasus kanker serviks. HPV 16 dan 18 secara bersama mewakili 70% penyebab utama kanker serviks.
Penularan
HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Penularan dapat juga terjadi meski tidak melalui hubungan seksual. Contohnya, penggunaan bersama alt-alat pribadi terutama yang telah terkontaminasi, seperti penggunaan bersama handuk atau pakaian penderita yang terkontaminasi. HPV sendiri sangat resisten (bertahan) terhadap panas dan proses pengeringan (desiccation). Kehamilan yang terlalu sering, merokok, penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang dan penyakit menular seksual lainnya pun dapat mendukung timbulnya kanker serviks.
Gejala
Kebanyakan infeksi HPV berlangsung tanpa menimbulkan gejala. Namun jika dilakukan pemeriksaan skrining dapat ditemukan adanya sel-sel serviks yang tidak normal yang disebut juga sebagai lesi prakanker.bila kanker sudah mengalami progresifitas maka gejala-gejala yang dapat timbul antara lain pendarahan dari liang sanggama, timbulnya keputihan yang bercampur darah dan berbau, nyeri panggul dan gangguan atau bahkan tidak bisa buang air kecil
Deteksi dan Pengobatan
Setiap perempuan berisiko terkena infeksi HPV penyebab kanker serviks dalam masa hidupnya, tanpa memandang usia dan gaya hidupnya. Infeksi yang berulang dan menetap (persisten) hampir tidak bergejala pada tahap awal. Perkembangan menuju kanker serviks seringkali terjadi setelah beberapa tahun sesudahnya dan setelah terinfeksi, tubuh tidak selalu membentuk kekebalan (antibody) terhadap HPV sehingga tubuh tidak terlindung dari infeksi baru ataupun re-infeksi.
Cara mencedeteksi gejala kanker serviks tentunya dengan melakukan Pap Smear atau bisa juga melakukan Inspeksi Visual Asetat (IVA – Visual Inspection with Acetic Acid). Namun yang perlu Anda ketahui adalah skrining tidak dapat mencegah kanker serviks, hanya mendeteksi adanya virus HPV.
Tindakan pengobatan atau terapi sangat bergantung dari sejauh man stadium kanker serviks saat didiagnosis. Semakin cepat Anda mengetahui penyakit Anda, akan semakin baik. Dikenal beberapa tindakan (modalitas) dalam memerangi kanker serviks. Diantaranya adalah bedah (surgical treatment), radioterapi, kemoterapi dan terapi paliatif (palliative care) yang lebih difokuskan pada peningkatan kualitas hidup pasien.
Pencegahan kanker serviks dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, pencegahan primer dengan vaksinasi dan pencegahan sekunder dengan pap smear atay IVA bagi mereka yang telah berhubungan seksual. Dari studi penelitian menunjukan vaksinasi bersama dengan skrining dapat mengurangi kejadian kanker serviks secara efektif.
Vaksinasi sendiri sebaiknya diberikan sedini mungkin. Berdasarkan saran IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan HOGI (Himpunan Onkologi Genekologi Indonesia) vaksinasi dapat diberikan pada remaja putri mulai dari usia 10 tahun. Melalui vaksinasi, diharapkan dapat memberikan perlindungan terhadap infeksi HPV tipe 16 dan 18 yang menjadi penyebab utama kejadian kanker serviks. Selain itu, vaksinasi juga dapat memberikan perlindungan silang terhadap infeksi HPV lainnya penyebab kanker yakni tipe 45, 31 dan 52.