
Selain kandungan protein dalam urine, ada beberapa gejala dan perubahan fisik yang dapat mengindikasikan sindrom nefrotik. Di antaranya adalah:
- Penumpukan cairan atau edema, terutama di sekitar mata serta kaki dan pergelangannya. Penumpukan ini juga dapat memicu kenaikan berat badan.
- Perubahan pada urine. Karena mengandung protein yang tinggi, urine biasanya akan berbuih.
- Rentan terkena infeksi. Kondisi ini disebabkan oleh menurunnya jumlah antibodi dalam darah.
- Gangguan pencernaan, seperti mual serta muntah dan/atau diare.
- Penurunan kondisi kesehatan, misalnya kelelahan dan tidak nafsu makan.
Jika Anda atau anak Anda menunjukkan gejala-gejala tersebut, segera periksakan diri ke dokter agar dapat segera ditangani dengan seksama.
Penyebab Sindrom Nefrotik
Pada kondisi normal, urine biasanya tidak mengandung protein. Glomeruli atau sekelompok pembuluh darah dalam ginjal akan menyaring darah dan memisahkan zat yang dibutuhkan tubuh dari limbah. Tetapi jika terjadi kerusakan atau ‘kebocoran’ pada glomeruli, tubuh akan kehilangan protein secara berlebihan dan mengeluarkannya lewat urine.
Kerusakan pada glomeruli inilah yang gejala utama sindrom nefrotik. Terdapat berbagai jenis penyakit serta kondisi kesehatan yang bisa menyebabkan kerusakan ini, misalnya:
- Glomerulonefritis perubahan minimal. Penyakit ini memicu fungsi abnormal pada ginjal, tapi sampel jaringan dari ginjal penderitanya akan tampak normal atau mendekati normal saat diperiksa di bawah mikroskop. Diperkirakan sekitar 90 persen sindrom nefrotik pada anak disebabkan oleh penyakit ini.
- Glomerulosklerosis atau terbentuknya jaringan parut pada glomeruli.
- Nefropati membranosa atau glomerulonefritis membranosa. Penyakit ini menyebabkan penebalan pada membran glomeruli dan merupakan penyebab umum sindrom nefrotik pada penderita dewasa.
- Nefropati diabetes atau komplikasi ginjal akibat diabetes
- Infeksi tertentu, seperti HIV, hepatitis, serta sifilis
- Beberapa jenis kanker, seperti kanker darah (leukemia) dan limfoma